Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Resolusiku

Gambar
Waktu berlalu begitu cepat Berlari meninggalkan semua asa yang belum tercapai Bulan berganti bulan Hingga kini berada di akhir waktu Penghujung tahun 2017 Lelah Resah Suka Duka Impian Cita-cita Cinta Telah tergores indah dalam bingkai kehidupan Menorehkan semua kenangan yang indah. Tahun baru 2018 ada di depan waktu Tinggal menunggu jam Menanti menit Menunggu detik yang terus melaju cepat Doa kulantunkan dalam munajat panjang Syukur kuucapkan dalam setiap hembusan nafas Penantian bergantinya tahun Ya Allah dengan ini aku catatkan resolusiku di tahun 2018 Bukan berarti aku sombong dan tamak akan egoku Hanya menuliskan sedikit impian di tahun depan Sebagai wujud kesungguhanku dalam mewujudkan asa Bismillah ini resolusiku di tahun 2018 1. Harus bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, berakhlak dan bisa meningkatkan keimanan. 2. Punya buku (novel) yang terbit mayor 3. Punya buku best seller 4. Menambah buku antologi 10 buku 5. Punya penghasilan minim

World Upside Down

Gambar
Keadaan bumi semakin kacau. Tidak hanya di kota Ramsena, namun seluruh penjuru dunia semakin kacau. Hewan dan binatang sudah tak bisa dibedakan lagi. Dibeberapa sudut kota terlihat manusia yang berprilaku seperti binatang. Sedangkan di beberapa kebun binatang, nyaris tak bisa dibedakan mana penghuni dan mana para pelatih serta penjaga. Dunia mulai terbalik. Banyak kera yang mulai berjalan lenggak-lenggok bak seorang model. Beberapa kambing dan sapi mulai senang bercermin, melamum, atau justru nongkrong di cafe untuk menikmati secangkir kopi. Sulit rasanya membedakan mana prilaku hewan sebenarnya dan mana manusia yang sejati. Manusia yang punya kecerdasan dan kodrat masing-masing. Fair menangis, deraian air mata seolah tak mau berhenti dari sudut matanya, saat dia melihat di layar monitor besar yang disambungkan pada rumahnya. Dia melihat John anak bungsunya berprilaku seperti Dogy anjing peliharaannya. John kerap menggonggong. Sesekali John menjulurkan lidahnya dan tidur di kand

Cinta di Batas Waktu

Gambar
Seperti biasa setiap purnama penuh Syam selalu setia menanti wanitanya. Dia masih duduk menunggu di tepian danau. Ada desiran kuat di hatinya, yang tiba-tiba semakin terasa tak menentu. Panas dan berubah menjadi dingin. Jantungnya berdegup hingga terasa aliran darah mengalir lebih deras. Kemeja salur biru dilapisi jaket warna cream yang lembut, membuat tampilannya terlihat cool. Rambutnya klimis, serta aroma parfum yang melekat di tubuhnya membuat Syam terlihat lebih muda dari usianya. Syamsudin nama panjang laki-laki berkaca mata minus, yang kini masih setia menanti kehadiran permaisuri hatinya. Malam semakin larut. Angin berembus begitu kencang, saat jarum jam di tangan Syam menunjukan pukul 23.50. Syam makin tak sabar menunggu wanitanya. Dia beranjak dari batu besar tempat dia duduk. Perlahan dia langkahkan kakinya menuju danau. Dekat dan semakin dekat. Cahaya berwarna biru keemasan terpancar dari tengah danau. Sebuah benda terapung dengan cahaya yang masih menyilaukan semak

RINDU NOVEMBER

Gambar
November masih menyisakan kisah membalut rindu. Layaknya sebuah kerinduan Amani pada suaminya yang kini sedang bertugas di luar negeri. Sendiri sedih menatap tempat tidur yang terasa sangat luas. Biasanya tempat tidur ini terasa sempit karena Amani harus ikhlas berbagi dengan suaminya. Amani berjalan menuju jendela, ditatapnya langit sore yang gelap terampas awan hitam. Mentari bersembunyi lebih dalam, bahkan semua sinarnya terenggut sekumpulan kapas-kapas hitam yang tertiup angin, berarak cepat. Gerimis turun berkeroyok membasahi bumi. Hujan ini mengingatkan Amani pada kenangan romantis yang saat ini mampu membuat bibirnya menyungging indah. "Mas, hujan ini mengingatkanku tentangmu," ucap Amani. Tangannya menjulur ke arah luar jendela. Menyentuh hujan dengan lembut yang turun menyapa dari atap rumah. Wangi petrichor semakin merebak menyejukan indra penciuman. Wangi yang selalu dirindukan. Seperti halnya kerinduan berjumpanya dengan laki-laki yang sangat dia cintai. L

Momy

Gambar
Aku masih menatap isi rumah yang sangat berantakan. Setiap hari selalu saja aku temui sederet rutinitas yang memaksaku untuk terus move on dari hal-hal yang berbau santai atau jalan-jalan. Tidak seperti dulu waktu masih single, setiap libur selalu kugunakan untuk berpetualang. Berwisata, nonton, ngemall, pengajian bareng teman-teman atau sekedar berenang. Ya aku harus melupakan hal itu, tanggung jawabku saat ini adalah mengurus rumah tangga kecilku. Kupaksa tubuh ini untuk bangkit dari kasur, rasa pening masih menjalar di kepala. Cuaca dingin dan musim hujan sedikit menggoda kesehatanku. Mungkin hanya kelelahan atau juga masuk angin. "Mi ayo ikut nggak," tariak Erni, tetanggaku seraya melambaikan tangan dari dalam mobil. Aaah aku tahu, dia hanya ingin memanasi hatiku yang sedang baper. Baper karena menghabiskan waktu liburan di rumaj saja. Erni mau menghabiskan waktu liburnya untuk piknik ke luar kota. Aku menarik napasku. Badan ini terasa masih lemas. Mata yang sayu

CINTA TERPENDAM

Gambar
Aku masih mematung, menatapnya dari kejauhan. Dia masih asik berbincang dengan beberapa temannya. Tawanya terlihat indah, mungkin ada hal lucu yang sedang mereka bicarakan. Yang aku tahu, dia begitu memesona. Sesekali pandangannya beredar, menyusuri keramaian. Suara musik yang menggema, memecahkan konsentrasiku yang masih memuja ketampanannya dari jauh. Mata indah dengan manik hitam, yang penuh sorot tajam mampu membuatku melayang hanya dengan satu kerlingan. Alisnya tebal, hitam berpaut menambah kesan misterius. Bibirnya merah dengan senyuman manis yang memikat. Dagunya ditumbuhi bulu-bulu jenggot tipis yang terlihat samar, membingkai indah di kulit wajah yang putih. Sedangkan rambutnya di belah pinggir, hitam, lurus. Dialah laki-laki yang saat ini masih aku puja ketampanannya. Laki-laki yang selalu mengganggu pikiranku siang dan malam. Otakku masih berkelana penuh dengan angan-angan. Berharap dia datang menghampiriku yang kini duduk sendiri. Meja ini sepi, sedangkan teman-tema

Review novel Pengantin Laut Merah

Gambar
Review novel Judul : Pengantin laut merah Penulis: Dudun purbakala Penerbit : padi Sebwnarnya ini novel lama, tapi baru sempat saya baca. Ini kali pertama saya membaca novel dari penulis bernama Dudun purbakala. Awalnya saya tertarik membeli novel ini karena cover dan judul yang membuat saya bertanya-tanya tentang gambaran sebuah pengantin di laut merah. sinopsis singkat yang penuh sentuhan romance membuat saya penasaran. Sebuah novel yang sarat makna berbau religi. Sebuah perjalanan spiritual yang dilakukan oleh zulfikar si kuli tinta. Siapa sangka dalam tugasnya di tanah suci Zulfikar menemukan sebuah cinta. Cinta kepada seorang dokter bernama Zalwa, yang akhirnya kandas. Namun kekecewaannya terobati oleh kehadiran Faridah. Faridah seorang pramugari yang cerdas dan cantik.  Buku ini banyak menyajikan tentang pesan cinta dan kasih sayang. Tentang perjalanan spritual di kota suci. Bahasanya ringah, asik untuk dibaca.  Penulis menggunakan pov 1 dan alur maju yang tiba-tiba m

Semangkuk Ramen

Gambar
http://pinterest.com/pin/437904763738373733/?source_app=android Aku menekuk kedua lututku di sofa, dengan tangan melingkar memegangi jari-jari kaki yang terasa dingin. Bibirku terasa semakin kering, sedangkan tangan dan tubuhku seolah beku. Tapi aku rasa kamar ini cukup hangat, jika dibandingkan saat tadi aku duduk di bawah pohon, tanpa jaket dan syal. Duduk seorang diri ditengah hujan salju yang sangat lebat, tanpa arah dan tujuan. Benar-benar seperti gelandangan di Soul. Entah bagaimana nasibku jika tidak ada Jimy. Mungkin saja aku mati beku di bawah pohon, tanpa satu identitas yang aku bawa. Gila! Bukannya berlibur di negeri gingseng, aku malah jadi gelandangan. Apa yang akan aku ceritakan nanti pada teman-teman, jika aku datang ke soul cuma jadi gelandangan. Kulirik kearah kasur, tiga laki-laki bermata sipit tertidur pulas. Mereka temannya Jimy, semua asing bagiku. Sedangkan Jimy, ya laki-laki itu sedang mandi, menikmati air hangat yang menguyur tubuhnya. Kamar hotel ini ti

Asa yang pudar

Gambar
Mbok Jumirah, wanita tua berusia tujuh puluh tahun menatap sedih kebunnya. Tanaman yang hampir saja siap panen, rusak dimakan hama ulat. Daun yang seharusnya berdiri tegak berwarna hijau, kini habis hanya sisa pucuk kuning layu. Tergeletak tanpa daya karena serangan hama hijau kecil yang sangat rakus. Badan yang membungkuk, mencoba merabut setangkai bawang. Kurus berwarna merah muda dan berlubang. Tampaknya ulat sedang murka, tanpa ampun pada nasib petani tua seperti mbok Jumirah. Di balik kelopak matanya mulai merembak air mata yang sudah tak mampu ditampungnya lagi. Mengalir membasahi pipi keriput dengan lekukan garis-garis tua saksi kehidupan. Dadanya sesak, bibirnya tak mampu berucap apa-apa, selain air mata yang menjadi tanda kepiluan hatinya. Padahal, di kebun itulah nasibnya di pertaruhkan. Mbok Jumirah tak punya harapan lagi, bahkan untuk membayar hutang obat-obat pertanian saja dia tak tahu harus mengharap pada siapa. "Gusti Allah, kulo sabar, kulo ikhlas," u

Sacrifice of love

Gambar
Dentuman itu terdengar sangat keras dari balik batu, tepat di mana Merry bersembunyi. Puing-puing pecah berhamburan diiringi asap yang membumbung. Merry menyeringai kesakitan, sayapnya patah dan kakinya terluka parah. Pasukan Ragnolion terus berteriak dan memburu putri kupu-kupu. “Cepatlah! ayo masuk ke gua!” Jimmy menarik lengan Merry. “Lepaskan! untuk apa Kau menolongku? bukankah Kau bagian dari mereka? dasar manusia laba-laba serakah!” Merry menyeret kakinya yang bercucuran darah. “Stt...diam, bukankah Kau tahu sejak awal Aku tak pernah berpihak pada golonganku yang serakah untuk menguasai kerajaanmu,” Jimmy membungkam mulut Merry, dan menggendongnya masuk ke dalam gua. Merry tak mampu berucap, dia terus mengaduh kesakitan. Jimmy terus berlari menggendong Merry, peluh bercucuran, napasnya terengah-engah. “Berhenti, dasar penghianat!” ucap Baron, ketua pasukan Ragnolion. Sebuah peluru melesat ke arah Merry. Namun Jimmy melindunginya, hingga peluru menyasar mengenai dada

Menatap Asa

Gambar
https://pinterest.com/pin/804033339693517974/?source_app=android Wulan jalan terhuyung melintasi gang sempit menuju pemukiman. Tampak jelas gurat lelah yang membingkai kusut di wajahnya. Langkahnya lambat, pandangannya menunduk menatap jalan yang di lalui. Seluruh tenaganya seolah habis terkuras di tempat kerjanya. Buruh pabrik, ya itu adalah statusnya saat ini. Dan hanya pekerjaan itulah yang menjadi alasan Wulan mampu bertahan hidup di tengah hiruk pikuk kehidupan di kota buruh. Waktu menunjukan pukul 21.45 WIB. Suasana pemukiman semakin sunyi, hanya ada beberapa orang yang melintas. Mereka juga sama, seorang karyawan pabrik yang baru pulang kerja shift malam. "Baru pulang mba?" sapa tetangganya yang kebetulan melintas. "Iya pak," jawab Wulan datar. Wulan berlalu, bergegas memasuki gang kelinci menuju rumah petaknya. Kompleks kumuh yang begitu banyak di padati rumah-rumah petak tanpa fasilitas ruangan terbuka yang luas untuk bermain para anak-anak. N

SAKSI CINTA

Gambar
 Aku masih terpegun di bangku tua ini. Sendiri menatap hamparan air yang beriar jernih di hadapanku. Di depan sana kulihat sepasang merpati bercumbu mesra. “Aaaah …, mereka selalu sukses membuatku iri,” desisku kesal. Ya, mereka tak pernah terlihat sedih atau murung. Setiap aku duduk dibangku ini, mereka selalu bersama. Mungkin juga mereka saat ini sedang mentertawakan kebodohanku, kehancuranku dan kesedihanku. Atau semua itu hanya pikiranku saja? Entahlah! Sedangkan aku tak tahu apa yang mereka katakana. Karena aku hanya manusia biasa, mana mungkin aku bisa mengetahui percakapan sepasang merpati. “Konyol!” ucapku memaki diri sendiri, seraya memegangi kepala yang rasanya semakin berat oleh masalah yang selalu datang menghampiri. Kali ini aku beranjak, meninggalkan bangku tua di depan danau. Semakin lama aku duduk di situ, maka pikiranku semakin tak waras. Karena disanalah, semua kenangan tentang Jimy selalu menari-nari indah dalam ingatanku. Dan itu artinya hatiku semakin te