RINDU NOVEMBER

November masih menyisakan kisah membalut rindu. Layaknya sebuah kerinduan Amani pada suaminya yang kini sedang bertugas di luar negeri. Sendiri sedih menatap tempat tidur yang terasa sangat luas. Biasanya tempat tidur ini terasa sempit karena Amani harus ikhlas berbagi dengan suaminya.

Amani berjalan menuju jendela, ditatapnya langit sore yang gelap terampas awan hitam. Mentari bersembunyi lebih dalam, bahkan semua sinarnya terenggut sekumpulan kapas-kapas hitam yang tertiup angin, berarak cepat. Gerimis turun berkeroyok membasahi bumi. Hujan ini mengingatkan Amani pada kenangan romantis yang saat ini mampu membuat bibirnya menyungging indah.

"Mas, hujan ini mengingatkanku tentangmu," ucap Amani. Tangannya menjulur ke arah luar jendela. Menyentuh hujan dengan lembut yang turun menyapa dari atap rumah.

Wangi petrichor semakin merebak menyejukan indra penciuman. Wangi yang selalu dirindukan. Seperti halnya kerinduan berjumpanya dengan laki-laki yang sangat dia cintai. Laki-laki yang telah menorehkan kebahagian dalam hidupnya.

Dering lagu Rindu november menyentaknya kaget.
Amani bergegas meraih ponselnya.
"Aaah Dony, kau selalu tahu saat ku begitu menunggumu," ucapnya seraya langsung mengusap layar ponselnya.

"Halo Mas, apa kabarmu?" tanya Amani dengan suara khasnya, lembut sedikit serak.

"Bunda gimana, sehat? Ayah baik Bun," seru Dony.

Amani mulai duduk di depan meja riasnya. Menatap wajah cantik dengan mata sayu, pantulan dirinya di cermin.

"Ayah kapan pulang? Bunda kangen sekali," lanjut Amani dengan nada suara yang semakin parau. Suara seolah tertahan di tenggorokan. Tanpa dia sadari setetes embun hangat jatuh dari sudut matanya.

"Bun ..., Bunda kenapa? Kok diam?" tanya Dony penasaran karena istrinya hanya terdiam.

"Bunda sedih. Bunda kangen Ayah."


"Iya Ayah tahu Bun. Sebentar lagi Ayah juga pulang untuk menjemput Bunda," Dony mulai sedih membayangkan istrinya menahan rindu yang telah setahun tak bertemu.

"Kapan?" tanya Amani penuh harap.


"Awal januari Bun, saat libur akhir tahun nanti."

"Bunda sedang galau Yah," ucap Amani. Embusan nafasnya terdengar sangat berat.

"Bunda kenapa? Bunda pengen dibawain oleh-oleh ya? Bunda pengen kalung, cincin, atau tas?" cerocos Dony.

"Bunda nggak pengen itu semua."

"Trus Bunda pengen apa?" desak Dony.

"Bunda pengen dibeliin buku."

Dony sesaat menarik nafas lega. Ternyata istrinya hanya menginginkan buku. Pikirannya mulai menerka-nerka, jangan-jangan buku tabungan miliknya. Wah gawat, kalau Bunda meminta buku tabungan, bisa repot. Dony tak mau menebak-nebak, dia pun langsung menanyakan pada istrinya.

"Memang buku apa yang Bunda inginkan?" tanya Dony masih penasaran.

"Bunda ingin buku antologi Rindu Novenber, penulisnya Nana umza dkk. Mas, sebenarnya bukan hanya buku itu yang Bunda pengen. Ada dua buku lagi yang nggak kalah keren Mas," cerocos Amany menjelaskan.

"Iiih Bunda! buku apa memangnya?"

"Secret Love dan Unbroken Heart, buku ini juga ditulis oleh mba Nana Umza dkk. Bunda ngefans banget sama mba Nana, Yah." Amani masih berapi-api menceritakan tentang penulis bernama Nana Umza.




"Memang berapa harga bukunya?"

"Murah kok Yah, cuma kisaran lima puluh lima sampai enam puluh ribu saja."

"Ok Bun, nanti Ayah belikan. Spesial buat Bunda sayang," ledek Dony pada Amani.

Amani merasa lega karena keinginannya telah diungkapkan. Dia pun bahagia karena sebentar lagi dia bisa berjumpa dengan kekasih halalnya. Laki-laki yang sangat dirindukannya siang dan malam. Seperti rindu yang begitu menyimpan kenangan di bulan nobember.




November itu kau jadi miliku
November itu cinta kita bersatu
November itu penghujung cerita
November itu aku jadi ratu hatimu

***

Komentar

  1. secret love...pengin...ada aku di sana

    BalasHapus
  2. Wadaww pada keren ihh promosinya ahahhaha

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Asik-asik yuk di beli juga buku antologinya kakak hehehe

      Hapus
  4. kalo saya mah "Rindu Ramadhan"

    #pencitraan

    BalasHapus
  5. Kalo saya rindu siapa yaaa.....

    BalasHapus
  6. Akupun rindu bulan nopember.... Ah semoga semoga

    BalasHapus
  7. November punya cerita. Keren mbak nana umi ini

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

Bagai Hujan di Padang Tandus