Semangkuk Ramen
http://pinterest.com/pin/437904763738373733/?source_app=android
Aku menekuk kedua lututku di sofa, dengan tangan melingkar memegangi jari-jari kaki yang terasa dingin. Bibirku terasa semakin kering, sedangkan tangan dan tubuhku seolah beku. Tapi aku rasa kamar ini cukup hangat, jika dibandingkan saat tadi aku duduk di bawah pohon, tanpa jaket dan syal.
Duduk seorang diri ditengah hujan salju yang sangat lebat, tanpa arah dan tujuan. Benar-benar seperti gelandangan di Soul. Entah bagaimana nasibku jika tidak ada Jimy. Mungkin saja aku mati beku di bawah pohon, tanpa satu identitas yang aku bawa. Gila! Bukannya berlibur di negeri gingseng, aku malah jadi gelandangan. Apa yang akan aku ceritakan nanti pada teman-teman, jika aku datang ke soul cuma jadi gelandangan.
Kulirik kearah kasur, tiga laki-laki bermata sipit tertidur pulas. Mereka temannya Jimy, semua asing bagiku. Sedangkan Jimy, ya laki-laki itu sedang mandi, menikmati air hangat yang menguyur tubuhnya. Kamar hotel ini tidak cukup luas jika harus menampung lima orang. Tapi, apa boleh buat, aku sangat bersyukur ditolong oleh orang asing. Walau Jimy orang Indonesia, tapi aku baru mengenalnya satu jam lalu.
“Hai, apa yang kamu pikirkan?” tanya Jimy mengagetkan. Jimy masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. Aroma harum sabun tercium dari tubuhnya. Dia mengambil jaketnya dan melemparkan ke arahku. “Pakailah!” serunya lagi dan berlalu ke arah meja.
“Bagaimana denganmu?” tanyaku.
“Aku sudah terbiasa dengan cuaca dingin di sini."
Aku pun langsung memakai jaket milik Jimy. Jaket tebal berwarna hitam dan aksen bulu-buku lembut dibagian leher. Cukup besar di badanku, tapi ini membuat tubuhku lebih hangat. Kuusap-usap kedua telapak tangan, agar terasa lebih hangat.
“Makanlah! Kamu pasti lapar'kan?" Jimy memberikan mie ramen hangat yang di pesannya tadi, di bawah.
Aku menerimanya. Perlahan aku menyuap kuah ramen berwarna kuning kemerahan dan beroma gurih. Seketika tenggorokan dan perut terasa hangat. Jimy duduk disampingku. Dia terus memperhatikanku yang masih sibuk menyantap ramen dengan lahap. Bibir Jimy melengkung indah, entah apa yang dia pikirkan tentangku. Laki-laki itu sangat baik padaku.
“Besok kuantar mencari tasmu yang hilang," ucapnya.
Aku hanya mengangguk dengan mulut penuh mie. Untuk saat ini biarlah kunikmati malam ini dengan semangkuk ramen bersama laki-laki asing. Mungkin saja besok dia akan menjadi pendamping hidupku. Karena aku tak pernah tahu, akan rencana Tuhan.
Hukhukhuks ...
Ah, sial! aku tersendak mie. Tenggorokanku terasa panas sekali.
"Ini minun dulu," ucap Jimy menyerahkan segelas air mineral. Wajahnya panik melihatku terbatuk-batuk.
Sumpah, dia begitu tampan. Sesaat tatapan kita beradu, manik mata yang tajam, hidung yang mancung serta jambang tipis yang menghias wajahnya menambah ketampanan parasnya. Kulitnya putih, bersih. Seketika hatiku berdesir tak menentu, saat jemari kita bersentuhan. Padahal aku tahu, dia hanya mau membantuku menaruh gelas dan mangkok ramen yang masih kupegang. Tapi kenapa degup jantungku berdetak semakin kencang.
Rasa apakah ini?
Aku menekuk kedua lututku di sofa, dengan tangan melingkar memegangi jari-jari kaki yang terasa dingin. Bibirku terasa semakin kering, sedangkan tangan dan tubuhku seolah beku. Tapi aku rasa kamar ini cukup hangat, jika dibandingkan saat tadi aku duduk di bawah pohon, tanpa jaket dan syal.
Duduk seorang diri ditengah hujan salju yang sangat lebat, tanpa arah dan tujuan. Benar-benar seperti gelandangan di Soul. Entah bagaimana nasibku jika tidak ada Jimy. Mungkin saja aku mati beku di bawah pohon, tanpa satu identitas yang aku bawa. Gila! Bukannya berlibur di negeri gingseng, aku malah jadi gelandangan. Apa yang akan aku ceritakan nanti pada teman-teman, jika aku datang ke soul cuma jadi gelandangan.
Kulirik kearah kasur, tiga laki-laki bermata sipit tertidur pulas. Mereka temannya Jimy, semua asing bagiku. Sedangkan Jimy, ya laki-laki itu sedang mandi, menikmati air hangat yang menguyur tubuhnya. Kamar hotel ini tidak cukup luas jika harus menampung lima orang. Tapi, apa boleh buat, aku sangat bersyukur ditolong oleh orang asing. Walau Jimy orang Indonesia, tapi aku baru mengenalnya satu jam lalu.
“Hai, apa yang kamu pikirkan?” tanya Jimy mengagetkan. Jimy masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. Aroma harum sabun tercium dari tubuhnya. Dia mengambil jaketnya dan melemparkan ke arahku. “Pakailah!” serunya lagi dan berlalu ke arah meja.
“Bagaimana denganmu?” tanyaku.
“Aku sudah terbiasa dengan cuaca dingin di sini."
Aku pun langsung memakai jaket milik Jimy. Jaket tebal berwarna hitam dan aksen bulu-buku lembut dibagian leher. Cukup besar di badanku, tapi ini membuat tubuhku lebih hangat. Kuusap-usap kedua telapak tangan, agar terasa lebih hangat.
“Makanlah! Kamu pasti lapar'kan?" Jimy memberikan mie ramen hangat yang di pesannya tadi, di bawah.
Aku menerimanya. Perlahan aku menyuap kuah ramen berwarna kuning kemerahan dan beroma gurih. Seketika tenggorokan dan perut terasa hangat. Jimy duduk disampingku. Dia terus memperhatikanku yang masih sibuk menyantap ramen dengan lahap. Bibir Jimy melengkung indah, entah apa yang dia pikirkan tentangku. Laki-laki itu sangat baik padaku.
“Besok kuantar mencari tasmu yang hilang," ucapnya.
Aku hanya mengangguk dengan mulut penuh mie. Untuk saat ini biarlah kunikmati malam ini dengan semangkuk ramen bersama laki-laki asing. Mungkin saja besok dia akan menjadi pendamping hidupku. Karena aku tak pernah tahu, akan rencana Tuhan.
Hukhukhuks ...
Ah, sial! aku tersendak mie. Tenggorokanku terasa panas sekali.
"Ini minun dulu," ucap Jimy menyerahkan segelas air mineral. Wajahnya panik melihatku terbatuk-batuk.
Sumpah, dia begitu tampan. Sesaat tatapan kita beradu, manik mata yang tajam, hidung yang mancung serta jambang tipis yang menghias wajahnya menambah ketampanan parasnya. Kulitnya putih, bersih. Seketika hatiku berdesir tak menentu, saat jemari kita bersentuhan. Padahal aku tahu, dia hanya mau membantuku menaruh gelas dan mangkok ramen yang masih kupegang. Tapi kenapa degup jantungku berdetak semakin kencang.
Rasa apakah ini?
Ceritanya ringan dan mengalir....mantap...
BalasHapusTerima kasih sudah mampir kak
HapusEaakkkkk....cibta dari semangkuk ramen
BalasHapusEaaa... Akankah semangkuk ramen menjadi sejarah?
HapusCeritanya ngalir mbak 😁👍
BalasHapusOiyaa, cek lagi penulisan huruf besar kecil dan tanda baca yaa mbak 😀
Iya kak terimakasih krisannya
HapusIhir ...
BalasHapusEhm ... Ini settingnya di korea ya? Mungkin kalau ramyun, lebih kuat settingnya😀 saran aja😘😘
Aduh ini dia nih, tanda tanda..... Hehehe tanda2 jatuh cinta 😍
BalasHapusJatuh cinta pada ramen, hehehe
HapusTerimakasih sudah mampir kak
ahaha cerpennya singkat, tp aku suka. jadi ikut bayangin jimi hehe
BalasHapusWah wah, kayak apa ya tampangnya jimy
HapusKeren FF nya
BalasHapusTerimakasih kakak
HapusMantap..sedikit typo
BalasHapusSarapan cinta nih pagi2...
BalasHapusKulirik kearah kasur ___ ganti ya: Kulirik ke arah kasur
Saran cinta gak akan kenyang kak, mending sarapan bubur ayam.
HapusTerimakasih sudah krisan ya kak
Seoul apa Soul kah? Nulis setting di luar negri itu besar juga tantangannya. Perlu riset. Biar setting enggak sekedar tempelan. Klo ramen cocoknya di Jepang, iya gak sih?
BalasHapusTetep smangat mbak :)
Iya Kak, terimakasih saran dan kritiknya. Siao belajar lagi.
Hapuscakep, tulisannya keren
BalasHapusTanda bacanya msh banyak yg perlu dikoreksi, konfliknya asyik, kalo ditambah dikit panjang lebih oke kayaknya
Terimakasih sudah mampir.
HapusNulis karena ngejar DL , kaya gini jadinya berantakan. Terimakasih juga sudah memberi krisan ya kak
Kalo critanya lebih pnjg lagi, makin ciamik kalo kata kang heru
BalasHapusAda typo pas nulis bulu-bulu, tadi bulu-buku 😁
Penulisan laperkan, memang harus pke koma di atas ya??
Sebenarnya ini juga masih bingung kak, tapi pernah baca penulisan kan itukan artinya bukan, harus pakai tanda petik.
Hapusngiler wkwk
BalasHapusLap dulu kak ilernya
HapusAku laper.. Eh baper 😅
BalasHapusWah baperrrr ya?
HapusEkhem.. Cieee 😅
HapusEhem
BalasHapusehemmm cinta jatuh dan jatuh cinta, jadi teringat dengan nama jimi
BalasHapusKenapa udah ending huaaa😭 btw kak dilanjut dong, bagus nihhh
BalasHapusWah ada yang nunggu kelanjutannya?
HapusGimana ya....?