Si Jeco Yang Rakus

                              Foto: pinterest. Com


Hujan begitu deras mengguyur area pertanian. Tanaman bawang merah dan cabai yang hampir panen, diserbu oleh hama jahat. Di musim hujan seperti ini ulat semakin cepat berkembang biak. Tidak hanya itu, ulat-ulat yang kelaparan semakin murka.

Bangsa ulat memcari perlindungan di daun-daun bawang untuk menyelamatkan telor-telor mereka. Tidak hanya itu, di bawang-bawang itulah terdapat sumber makanan yang bergizi dan berlimpah.

Sebelum subuh, Jeco raja ulat memberi perintah pada seluruh warga ulat untuk berlindung di dalam daun-daun bawang. Para ulat bersorak gembira mencari tempat masing-masing. Mereka mulai memakan pucuk-pucuk daun bawang merah dan segera bersembunyi di dalam daun, hingga ke akar-akar bawang.

Datanglah Mika si Belalang cantik. Mika tampak heran melihat para ulat yang sangat rakus. Saat Jeco sedang asik berpesta, Mika mencoba menegur.

"Apa kau tidak kasian dengan nasib para petani yang sebentar lagi akan memanen hasil tanamnya?" tegur Mika pada Jeco si ulat gemuk yang sombong dan keras kepala.

"Heh berisik! Jangan ikut campur! Urusi saja nasibmu." Jeco tidak memperdulikan teguran Mika.

"Makanlah secukupnya, jangan kau habiskan semua tanaman mereka. Mereka butuh penghasilan juga untuk memberi makan para keluarga mereka." Mika masih berusaha mengingatkan Jeco.

"Kau pun hama. Kau makan tanaman jagung mereka," ucap Jeco ketus.

"Aku hanya makan secukupnya. Tidak merusak tanaman, dan tidak menghabiskan hasil tanam para petani. Tapi, apa yang kau dan rakyat kau lakukan? Kau habiskan semua tanaman."

"Pergi sana!" Jeco tidak menghiraukan. Dia melanjutkan memakan semua bawang-bawang.

Matahari mulai terbit di ufuk timur. Pak Juned dan para petani lainnya mulai mendatangi sawah-sawah mereka. Betapa terkejutnya Pak Juned yang selama dua hari tidak datang ke sawah, melihat tanaman bawang yang hampir saja di panen, sudah rusak. Daun-daun yang tadinya berdiri tegak, kini merunduk kuning dan layu.

Pak Juned merabut beberapa tangkai tanaman bawang. Akarnya sudah rusak, bahkan daging bawang pun sudah banyak yang berlubang.  Pak Juned jatuh lemas-matanya meneteskan air mata-hatinya berteriak-pilu. Kini dia akan gagal panen lagi.

Pak Juned yang sudah terlanjur kecewa, akhirnya segera memanen bawang-bawangnya, berharap masih ada bawang yang bisa dijual dengan harga bagus. Para ulat berteriak, ada yang berjatuhan ke tanah, saat helai demi helai tanaman bawang di rabut dari akarnya. Pak Juned yang sangat marah dan benci pada ulat-ulat, mengumpulkan ulat-ulat itu dan membakarnya bersama daun-daun kering. Jeco dan seluruh masyarakat ulat berteriak, menggeliat kepanasan.

Mika yang sedang bertengger di dahan pohon, hanya bisa menyaksikan akibat kemurkaan bangsa ulat. (Selesai)

#30DWC
#Day24
#ODOP

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus