Tragedi sekolah zaman Now

                        Foto : www.google.com


Sekolah adalah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa /murid di bawah pengawasan guru. Sekolah memiliki tata tertib dan kebijakan yang telah diatur oleh pemerintah dalam undang-undang pendidikan. Dan murid wajib patuh pada peraturan sekolah.

Sekolah adalah tempat menimba ilmu, bukan tempat mengumbar kekuatan dan kekuasaan. Melihat berita tentang sekolah akhir-akhir ini, saya sangat miris. Ada seorang murid yang menuntut gurunya hingga sang guru masuk bui. Ada murid yang saling menganiaya sesama murid. Bahkan akhir-akhir ini banyak murid yang menganiaya gurunya sendiri.

Berlatar belakang rasa kecewa sang murid terhadap teguran gurunya, hingga berujung pada kekerasan dan melayangnya nyawa seorang guru. Sungguh ini adalah dilema yang sangat memalukan dalam dunia pendidikan.

Guru yang seharusnya dihormati, dipatuhi, dan dihargai. Kini, hanya menjadi seorang pengasuh anak-anak ABG yang sangat labil dari segi emosional. Ya, saya katakana pengasuh. Ketika si anak melakukan kesalahan dan dapat teguran dari seorang guru, maka anak ini membalas dendam, menganiaya, memfitnah.

Bukankah di sekolah kita belajar adat istiadat? Belajar kepribadian, belajar berbagai macam norma yang berlaku. Jika semua itu sudah tak bisa diserap oleh murid, untuk apa ada guru? Untuk apa ada sekolah?

Saya khawatir semakin banyak guru yang menjadi korban penganiyayan muridnya, tidak menutup kemungkinan tiga atau sepuluh tahun kemudian, maka banyak guru-guru yang akan pensiun dini atau tak ada lagi tenaga pengajar yang siap mengajar murid SMP atau SMA.

Saya jadi ingat dunia pendidikan tahun 90an, dimana murid sangat menghormati, menghargai, patuh terhadap guru. Murid tahun 90an tak pamer kendaraan atau gadged, mereka sibuk dengan buku masing-masing.  Konsentrasi pada pelajaran dan cita-cita mereka. Tak ada tawuran atau aksi adu otot. Mereka yang katanya berdandan culun adalah generasi penerus bangsa yang begitu menjunjung tinggi moral dan norma dalam masyarakat.

Sungguh saya sangat iri pada mereka murid 90an. Ini adalah PR terbesar untuk saya sebagai orang tua, untuk para guru, aparat hukum serta pemerintah. Pemerintah harus lebih tegas mencari solusi, agar kelak tidak ada korban guru budi selanjutnya.

-bahan renungan

#30DWC
#Day25
#ODOP

Komentar

  1. Memang mba, miris sekali. Renungan skali bagi kita", sebab meskipun kita bukan seorg guru. Tp kita guru utk diri sendiri, karena bgaimanapun wanita adl pencipta gnerasi.
    Trimaksih tulisannya mba na, trmasuk essai kah ini?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus