Wanita pengagum senja





Aku hanya wanita pengagum senja. Sebuah semburat jingga keemasan yang penuh rona. Terpancar kian indah memayungi langit sore-hingga petang datang menjelang membawa damai. Kedamaian pada jiwa-jiwa yang lelah.

Seandainya senja tak pernah terganti, mungkin aku tak akan pernah mengenal damainya petang yang bertabur bintang. Seandainya senja tak pernah bergulir, mungkin aku tak akan pernah mengenal pagi dengan kesejukannya. Tapi, Tuhan itu Maha adil. Dia lengkapi semuanya, seimbang dan setara. Hingga aku bisa mengerti apa artinya dunia. Apa itu alam. Apa itu nikmat. Dan apa itu syukur.

Bumi yang begitu tenang dan damai, kapan saja bisa berguncang. Menggetarkan seluruh isinya. Guncangan itu, orang bilang namanya gempa. Padahal bumi hanya lelah menopang semua isi yang lalai ucapkan syukur. Bumi hanya sedikit memutar-mutar ototnya, namun semua isi bumi heboh. Layaknya kecoa yang lari terbirit-birit menghindari racun serangga.

Lucu memang. Jika manusia penghuni bumi bebas berjingkrak-jingkrang menggerakkan badan dan menari tanpa ingat Tuhan. Lantas ketika bumi yang dipijaknya sedikit saja memutar otot, mereka bilang ini ujian, ini cobaan, dan ini kutukan Tuhan. Bahkan ada sebagian pengecut yang bilang Tuhan itu tidak adil.

Aah...terlalu picik manusia itu. Jika Engkau bilang Tuhan tidak adil. Lantas apa kalian adil kepada Tuhan? Tuhan telah memberikan hidup, nafas, dan kesehatan utukmu. Tapi kau selalu lupa bersyukur kepada-Nya. Lalai beribadah menghadap-Nya. Bahkan kau meninggalkan perintahnya. Dari mana segi tidak adilnya?

Tapi aku, aku hanya wanita biasa, yang hanya bisa tersenyum atas keluh kesahnya. Dan hanya mampu berdoa, semoga hidayah segera menyertainya.

***
#30DWC #Day9

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus