Sketsa kehancuran
Doc : pinterets
Langit jingga, rona merah saga memayungi bumi. Asap-asap kehancuran membumbung, mengangkasa. Rintih jeritan memekik nurani. Tercabik-cabik. Hancur luluh lantak.
Disana! Di batas garis peperangan tergambar pilu. Manusia layaknya daging dalam kuwali. Hancur berlumuran darah. Anyir menyapa aroma kekalahan. Nyawa ribuan manusia layaknya sebuah laron dalam baskom. Mati, terjerembab menyayat sukma.
"Hahaha," tawa memecah sunyi dari kubu lawan. Berpesta atas kematian lawan. Tanpa iba. Tanpa sesal. Hanya sombong membusung dada berselimut keangkuhan.
Sedangkan di sana, masih meninggalkan jejak duka yang tak akan pernah terobati. Ribuan luka membalut sukma. Hanya tersisa duka nestapa dalam balutan kehancuran. Tak ada lagi rasa sakit. Semua kebas. Meninggalkan sketsa derita di kornea. Untuk korban yang masih tersisa.
***
Tantangan ODOP 8
Langit jingga, rona merah saga memayungi bumi. Asap-asap kehancuran membumbung, mengangkasa. Rintih jeritan memekik nurani. Tercabik-cabik. Hancur luluh lantak.
Disana! Di batas garis peperangan tergambar pilu. Manusia layaknya daging dalam kuwali. Hancur berlumuran darah. Anyir menyapa aroma kekalahan. Nyawa ribuan manusia layaknya sebuah laron dalam baskom. Mati, terjerembab menyayat sukma.
"Hahaha," tawa memecah sunyi dari kubu lawan. Berpesta atas kematian lawan. Tanpa iba. Tanpa sesal. Hanya sombong membusung dada berselimut keangkuhan.
Sedangkan di sana, masih meninggalkan jejak duka yang tak akan pernah terobati. Ribuan luka membalut sukma. Hanya tersisa duka nestapa dalam balutan kehancuran. Tak ada lagi rasa sakit. Semua kebas. Meninggalkan sketsa derita di kornea. Untuk korban yang masih tersisa.
***
Tantangan ODOP 8
Sedih.
BalasHapus