MISTERI PABRIK TUA

Teriakan Mela masih terdengar melengking. Kali ini dia tak hanya berteriak tapi ucapannya sudah tak terkontrol lagi. Matanya memerah dengan bola mata melotot, menatap penuh amarah. Suaranya terdengar berat, sesekali diiringi tawa mengikik. Tak hanya itu perilakunya makin buas. Barang-barang yang ada disekitarnya dilemparkan ke seluruh penjuru.

Aku yang masih terjebak di dalam ruangan, merasa panik. Mela berdiri tepat di meja menuju pintu keluar. Sesekali mata merahnya menatap tajam ke arahku. Urat lehernya menegang, gigi gemerutuk. Wajahnya penuh amarah, dia bukan Mela yang aku kenal.

Lolongan anjing penjaga pabrik menggonggong. Sekali lagi Mela meraih kursi dan di lemparkan ke arahku. Beberapa satpam mencoba menenangkan Mela yang sedang kesurupan. Tapi, sikapnya makin brutal. Mela mencakar salah satu satpam yang memegangi tangan Mela.

"Heh! Lepaskan aku!" teriak Mela marah.

"Mela sadar," ucapku dalam takut. Napasku terengah-engah seperti habis berlari berkilo-kilo meter. Tanganku gemetar saat melihat Mela menatapku penuh amarah.

Kasus kesurupan tak hanya kali ini terjadi. Setiap saat ada saja karyawan yang kesurupan. Contohnya Mela, dia sudah enam kali kesurupan sejak tiga bulan yang lalu dia menjadi karyawan di pabrik ini. Entah ada apa dengan pabrik ini, setiap saat ada yang kesurupan pasti setan itu minta darah.

Pak ustad yang di panggil oleh pihak pabrik mencoba menyadarkan Mela. Mulut ustad itu komat kamit membaca doa.
"Hai jin yang ada di dalam tubuh anak ini, tolong keluarlah!" seru pak ustad seraya memencet ibu jari kaki Mela.

"Hahaha ..., aku mau darah!" tubuh Mela mengejang. Matanya melotot penuh amarah.

Teriakan kembali terdengar. Sesaat semuanya hening. Aku dan beberapa temanku hanya bisa menyaksikan tubuh Mela yang berontak.

Darah
Darah itu yang selalu diucapkan oleh para korban kesurupan. Entah apa yang terjadi di awal pembangunan pabrik ini. Setiap saat selalu ada saja korban kesurupan. Pernah suatu hari terjadi kesurupan masal. Lagi-lagi para jin penghuni pabrik menginginkan darah.

Bulu romaku menggamang. Hari demi hari aku merasa semakin tak kerasan bekerja di pabrik ini. Saat ini aku masih menatap Mela yang baru saja siuman. Dia hanya tergeletak lemas, tanpa tahu apa yang telah terjadi pada dirinya sendiri.

Teka-teki dan misteri di pabrik tua ini masih belum terungkap. Bos, pemilik pabrik pun hanya menutup mulut. Bagiku misteri ini sangat mengerikan. Misteri yang selamanya akan ditutup rapat oleh pemilik pabrik.

***
#30DWC #Day6 #ODOP

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus