Misteri kota kosong part3


Aroma pengap menyergap saat Shirley dan Dion memasuki gedung laboratorium. Bau anyir seolah menyelimuti ruangan. Tak hanya itu, udara dingin begitu menusuk tulang. Dion mengeryitkan alisnya, merasa bingung dengan semua yang terjadi. Cuaca di luar cukup panas, namun di dalam gedung ini, dingin.

Bibir Shirley bergetar menahan dingin. Gigil tubuhnya mulai menjalar hingga ke ujung jari kaki. Mereka berusaha menyisir di seluruh ruangan, hingga ke lantai lima. Sunyi. Tak ada satu pun manusia atau seekor tikus. Shirley menuju sebuah ruangan yang pernah ia curigai. Dion memberikan sweaternya pada Shirley, mencoba membantu langkah Shirley yang mulai lelah.

Perlahan Shirley membuka pintu itu, kebetulan tak dikunci. Sebuah cahaya kemilau menyergap, lalu berpencar menerangi seluruh ruangan. Shirley menutup matanya.

"Tunggu, kita masuk sama-sama," ucap Dion meraih tangan Shirley.

Langkah pelan membawa mereka pada sudut ruangan, dimana sumber cahaya kemilau itu berpencar. Ada sebuah lukisan besar yang tergantung di dinding. Dion terperangah saat mengati orang-orang yang ada di dalam lukisan itu bergerak.

"Ibu, itu ibuku Dion" Shirley langsung meneteskan air mata saat melihat gambar ibunya di lukisan, terlihat menderita. Jeritan dan tangis terdengar begitu mengiris kalbu. Pilu.

Teringat sebuah kenangan masa lalu, saat Shirley berlarian di taman bersama ibunya. Saat dia terjatuh, dan ibunya begitu merasa panik.

"Kau baik-baik saja?"

Shirley masih membisu. Perlahan kakinya merasa lemah, hingga dia terjatuh di lantai. Dion segera menyisiri rak-rak buku. Ada benda-benda aneh yang tiba-tiba mengeluarkan cahaya. Dion masih kebingungan.

"Sihir?" mungkinkah hilangnya penghuni kota itu karena sihir?

"Dion apa ini?" Shirley menunjukan sebuah tombol yang berada di dinding, tepat disisi lukisan penghuni kota yang lenyap.

"Jangan sentuh!" Teriak Dion.

Teriakan Dion terlambat, Shirley yang penasaran langsung menyentuh tombol itu. Teriakan Shirley lenyap bersama tubuhnya yang ikut terhisap ke dalam lukisan. Dion panik, kali ini hanya dirinyalah yang menjadi penghuni terakhir kota Andrean. (Bersambung)

#30DWC
#Day19
#ODOP


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus