DESTINASI CINTA part 9




Waktu terus berlalu. Langit malam semakin terlihat menawan. Sinar purnama memancar indah. Shifa duduk santai di balkon kamarnya. Menikmati segelas mocacino hangat. Matanya masih terpaku pada buku tebal yang di pegangnya.
Barisan kata-kata, mampu mencuri kesedihan pada wajah gadis cantik dalam balutan piyama panjang berwarna pink.


Sesekali dia menyeka mata, menyembul butiran embun di sudut kelopaknya. Rupanya gadis itu sangat menghayati cerita dari novel yang dibacanya. Laki-laki tampan berkulit putih yang melewati kamarnya, dan melihat pintu kamar terbuka tanpa penghuni.

Laki-laki itu menyisir seluruh ruangan bernuansa pink, namun belum menemui gadis penghuni kamar tersebut. Perlahan langkah kaki menarik tubuhnya menuju balkon. Dan benar saja gadis pemilik kamar nuansa pink itu sedang duduk menyendiri.

Guratan senyu terukir di bibir laki-laki bertubuh tinggi dengan jenggit tipis di dagunya. Langkah kakinya semakin dekat dengan gadis berpiyama pink dan warna jilbab senada. Namun, kehadiran laki-laki tersebut tak sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari deretan tulisan dalam novel yang sedang dibacanya.

"Astagfirullah, Dek, begitu serukah novel yang kau baca, dari pada kehadiranku?" ucap Ali dengan nada datar meraa kecewa pada gadis yang sedang duduk asik bersama novelnya.

"Eh Abang!" Shifa tersentak dari duduk santainya. Kedua manik matanya langsung menatap wajah Ali yang terlihat cemberut.
"Maafin Shifa Bang, habis novel ini bagus banget sih," ucapnya kembali.

"Hmmm, iya deh. Boleh Abang menikmati sinar purnama di sini Dek?"

"Tentu saja." Shifa segera menutup novel. Tangannya mengambil cangkir moccacino yang sudah mulai dingin, dan menyeruputnya perlahan.

Baru saja Shifa ingin berbincang dengan abangnya, tiba-tiba dia dikagetkatkan dengan suara nada dering dari ponselnya. Candra? Untuk apa dia menelponku malam-malam gini, Gumam Shifa seraya menatap layar handphonenya

"Angkat Dek, siapa tahu penting," seru Ali.

Shifa segera menerima telephon masuk dari Candra.

"Assalamualaikum? Iya Pak Candra, ada apa?"

"Waalaikumsalam, maaf bu Shifa jika saya mengganggu."
"Oh tidak papa Pak. Apa ada yang penting Pak?"

"Jadi gini Bu, Insyaallah besok habis sholat jumat, saya mau bersyahadat di masjid yang berada di kompleks perumahan saya. Saya ingin, ibu dan keluarga datang untuk menjadi saksi saya sebagai mualaf," ucap Candra.

"Subhanallah walhamdulillah. Jujur hati saya langsung bergetar mendengar kabar ini Pak. Insyaallah saya dan keluarga datang Pak."

"Baik Bu, kalau begitu saya ucapkan terimakasih banyak. Assalamualaikum."

Tuttt terdengar suara tombol off dari seberang sana. Shifa kembali bertasbih dan bertakbir. Hatinya ikut bahagia mendengar kabar yang sangat mengembirakan dari Candra.

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus