DESTINASI CINTA part 7

Pagi ini cuaca sangat dingin. Hujan turun begitu deras. Gadis berkerudung biru sepinggang berdiri mematung di depan kantor guru. Beberapa buku di genggangnya, matanya masih menyaksikan hujan yang tak kunjung reda. Sesekali menatap kelas yang berada di seberang lapang.

"Bu Shifa mau ke kelas ya?" ucap Candra membuyarkan pandangannya yang masih terpaku pada hujan.

"Eeh Pak Candra. Iya pak, tapi saya tak bawa payung, sedangkan payung yang di kantor sudah habis di pakai guru yang lain."

" Bareng dengan saya saja, Bu."

"Terimakasih ya pak, untuk malam itu. Kalau Bapak tidak menolong, entah bagaimana nasib saya sekarang," ucap Shifa, senyumnya terukir indah di bibir merah mudanya. Kepalanya mendongak, menatap Candra yang lebih tinggi darinya.

"Iya, bu waktu itu ayah Bu Shifa, juga sudah menyampaikan terimakasih. Sudahlah bu, jangan di pikirkan lagi. Tak perlu ibu merasa berhutang budi kepada saya."

"Semoga Allah membalas segala kebaikan Bapak."

"Aamiin ...," sautnya seraya berjalan mengiringi langkah Shifa menuju ruang kelas 10, diseberang lapang.

"Mmmm Pak, sebenarnya ada yang ingin saya tanyakan pada Bapak, tapi saya pikir waktunya belum tepat. Apa Pak Candra ada waktu, untuk kita ngbrol berdua?"

"Wah tentang apa ya Bu? Sepertinya sangat privasi?"

"Tidak juga sih, Pak! Itu juga seandainya Bapak berkenan."

"Baiklah, bagaimana kalau nanti siang sepulang mengajar, di Shifali ice cream?" tanya Candra.

"Ide yang tepat Pak. Kalau begitu saya tunggu di sana ya Pak!"

Tak terasa Shifa pun sampai di depan kelas 10. Shifa kembali mengucapkan terimakasih pada Candra, dan bersegera memasuki ruang kelas. Candra pun langsung memasuki kelasnya yang tepat berada di samping kelas Shifa.

Candra memasuki kelas dan langsung di sambut dengan ucapan salam anak-anak. Senyum indah mengawali harinya untuk memulai menyampaikan materi. Sesekali pikirannya melayang, bertanya-tanya pada hatinya tentang apa yang ingin di bicarakan oleh Shifa, guru pendidian agama islam. Sebenarnya dia senang, punya kesempatan untuk belajar pada Shifa. Ya, ini waktu yang tepat untuk mencari jawaban atas semua pertanyaanku, gumamnya.

*
Di luar udara sangat terik. Shifa masih duduk seraya menimkmati Ice cream. Kali ini bukan ice cream strawberry, tapi ice cream rasa kiwi, dengan toping potongan kiwi dan lelehan susu yang lumer. Taburan kismis dan potongan kurma membuat gadis itu tak sabar melahapnya. Sendokan pertama, meleleh di lidah, menyegarkan tenggorokan dan berdesak menuju perut.

"Duh, duh ..., rasanya nikmat sekali sampe merem-merem gitu makan ice creamnya," celetuk Ali menghampiri Shifa.

"Eh Abang, varian ini enak banget loh Bang, aku mau coba varian lain boleh?" tanya Shifa dengan sendok es yang masih di genggam, lalu menyuap kembali kedalam mulutnya.

"Boleh! Tapi kamu harus temenin Abang di sini ya."

"Siang Bu Shifa, sudah menunggu dari tadi ya?" tanya laki-laki yang tiba-tiba datang menghampiri meja Shifa.

Shifa yang asik ngobrol dengan kakaknya, tiba-tiba merasa gugup saat laki-laki itu mulai memperhatikan keakrabannya dengan Ali.

"Oh Pak Candra, mari silahkan duduk Pak." Shifa mempersilahkan Candra duduk.

"Bapak yang menolong Shifa malam itu ya. Sekali lagi saya mengucapkan terimakasih ya pak," ucap Ali pada Candra.

Candra hanya menggangguk dengan senyuman ramah. Mereka mulai berkenalan. Shifa salah tingkah, bingung ingin berbicara pada abangnya, kalau dirinya ingin ngbrol berdua dengan Candra. Namun tampaknya Ali sedang asik berbincang dengan Candra. Akhirnya Shifa yang kehabisan akal, menarik lengan abangnya menuju dapur.

"Hai ..., ada apa sih Dek, kamu narik-narik lengan Abang." Ali menatap wajah adiknya.

"Bang izinkan Shifa ngbrol berdua sama Candra. Ada sesuatu yang penting yang ingin Shifa bicarakan. Abang perhatikan Shifa dari jauh saja ya."

"Apah! kamu mau nembak cowok itu Dek?" mulut Ali membuka lebar, matanya membulat penuh.

"Ihhhh ..., apaan sih Abang, masa iya Shifa nembak cowok. Udah, nanti Shifa ceritakan sama Abang di rumah. Kali ini please Shifa butuh waktu untuk bicara berdua dengannya."

"Baiklah, ya sudah sana, kasian dia nunggu lama," seru Ali pada Shifa. Senyumnya kembali terukir, melihat wajah polos adiknya yang salah tingkah.

Shifa bergegas kembali ke meja dimana Candra menunggu. Sedangkan Ali hanya bisa tersenyum melihat tingkah Shifa.

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus