DESTINASI CINTA part 6

Beberapa hari ini Shifa hanya diam di rumah untuk menenangkan diri dari trauma kejadian di malam hari yang hampir saja merenggut masa depannya. Libur kuliah dan mengajar. Esok hari Shifa sudah harus kembali beraktifitas.

Ali sengaja tidak pergi ke kantor, dan mengajak Shifa berjalan-jalan ke tempat wisata. Ali menghabiskan waktu seharian bersama adiknya. Tawa canda terukir di wajah gadis cantik berjilbab pink itu. Ali terus berusaha membuat adiknya bahagia, dia ingin adiknya bisa melupakan trauma yang sedang dialaminya.

Sore mulai menjelang. Sebelum pulang ke rumah, Ali mengajaknya pergi ke toko buku yang jaraknya tak jauh dari Shifali Ice Cream. Shifa mengangguk setuju. Gadis itu memang suka membaca, ini kesempatan untuknya memborong novel-novel religi.

“Nanti Abang yang bayarin semua novel Shifa ya Bang,” ucap Shifa dengan seringai indai di bibirnya.

“Siap, adikku sayang.” Ali menggandeng lengan Shifa memasuki toko buku.

Deretan buku tersusun rapih di raknya, sesuai dengan tema buku. Ada ratusan bahkan mungkin ribuan buku yang berada di toko. Ali tampak asik memilih buku yang ingin dibelinya. Shifa berjalan menyusuri lorong diantara rak buku, menuju kumpulan novel religi.

Tiba-tiba tatapannya terarah pada seorang pemuda yang asik memilih buku sirah nabawi. Tak lama kemudia Pria itu mengambil Al- Quran terjemah dengan blok warna, berukuran besar. Pria itu bergegas menuju kasir, dan segera melakukan pembayaran.

Shifa masih penasaran, dan mulai mengikuti pria itu. Dia tersentak kaget dan tak percaya, bahwa laki-laki yang berada di depan kasir itu adalah Candra Kristian, laki-laki yang pernah menolongnya, yang tak lain adalah rekan mengajarnya. Shifa bertanya-tanya untuk siapa Al-Quran dan kitab sirah nabawi yang dibelinya.

“Bukahkah dia seorang Nasrani?” gumamnya dalam lamunan. Hingga dia tak sadar laki-laki itu telah keluar dari toko buku.

Shifa mencoba mengejarnya. Namun, langkah Candra sangat cepat meninggalkan parkiran di depan toko buku. Napasnya terengah-engah. Sedangkan hatinya masih penasaran pada sosok Candra. Penasaran Pada kitab yang dibelinya.

“Shifa, mau kemana?” teriak Ali menghampiri Shifa yang masih bengong. “ Kenapa diam? Siapa yang kamu kejar tadi?” tanyanya lagi.

“Candra Kristian, orang yang menolong Shifa, Bang.”

“ooh …, ya sudah! Besok kamu juga ketemu sama dia di sekolah. Besok kamu sudah mulai ngajar bukan?”

“Iya Bang,” jawab Shifa singkat.

“Bagai mana, kalau sekarang kita ke Shifali? Abang pengen makan ice cream sama kamu Dek.”

Shifa mengangguk sejutu dengan ajakan Ali. Sebenarnya hatinya masih bertanya-tanya tentang Candra. Tapi rasa penasarannya segera di tepis. Shifa kembali mengatur raut mukanya yang sejak tadi kelihatan bengong dan melamun. Dia tak ingin kakaknya kecewa karena merasa di cuekin.

Lagi-lagi Ali menggandeng lengan Shifa memasuki Shifali. Seketika udara sejuk menerpa. Aroma wangi menusuk hidung.

“Shifa baru masuk ke sini ya Bang. Desainnya unik, indah dan menarik.” Matanya menyisir seluruh ruangan.

“Biar kamu betah di sini temanin Abang,” ucap Ali mengerlingkan matanya.

“Shifa bisa chubby kalau sering di sini Bang.”

“Baguslah, setidaknya nanti calon suamimu senang dapat istri chubby,” ledek Ali, sesekali senyumnya mengukir indah. Deretan geliginya menyeringai rapih.

“Iihhh …, Abang ko ngomongin calon suami. Gak seru tahu!” Shifa memanyunkan bibirnya, dan berlalu meninggalkan Ali, menuju dapur Ice cream.

Ali kembali tertawa melihat tingkah adiknya. Beberapa pelayan pun tersenyum, melihat Shifa yang sedang ngambek karena ulah bosnya. Ali segera menyusul Shifa dan mulai menggodanya dengan semangkuk Ice cream strawberry kesukaannya.

***
Bersambung ....
Tunggu kelanjutannya ya ....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus