GARA-GARA SENYUM

Fatiya masih sibuk mendirikan kemah bersama teman satu regunya. Dia menyeka peluh yang menetes dari pelipis. Senyum manisnya selalu mengembang saat dia bercakap dengan temannya. Terik sinar mentari tak membuatnya lengah, dia sangat bersemangat. Jilbab cokelatnya membingkai wajah cantik dengan perangai penuh kesantunan.

Gilang yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik Fatiya merasa terkesima. Mencoba mendekat dan menolong Fatiya yang kesusahan mengikat simpul pada tongkat bambu.

"Caranya seperti ini De," ucap Gilang memberi penjelasan. Tanpa sengaja Gilang menyentuh jemari Fatiya yang sedang memegangi tongkat. "Maaf ya De, Kakak nggak sengaja," ucapnya lagi. Matanya menatap wajah lembut dengan pancaran senyum manis yang menawan. Gilang merasa mulai tertarik dengan adik kelas barunya ini.

"Tidak apa-apa Kak, terima kasih ya sudah mau membantu," ucap Fatiya yang masih tersipu malu karena tatapan Gilang.

"Kamu anak kelas sepuluh yah?"
"Iya Kak."
"Boleh Kakak pinjam buku catatanmu sebentar?" rayu Gilang pada Fatiya.

Fatiya pun menyerahkan buku catatanya. Hatinya merasa bingung dengan tingkah Kakak penegak Bantara yang satu ini. Ada tatapan aneh yang sejak tadi selalu mengintai dirinya. Ada senyum memikat yang seolah mengusik hatinya diam-diam. Senyum dari seorang Kakak Bantara bernama Gilang. Sejenak Fatiya memperhatikan Gilang yang mulai menulis sesuatu di bukunya.

"Ini Dek, Kakak kembalikan bukunya, di baca yah pesan dari Kakak," ujar Gilang, mengedipkan satu mata dan berlalu meninggalkan Fatiya dengan lambaian.

Fatiya merasa aneh dengan tingkah Gilang, keningnya berkerut namun sesaat berubah dengan senyuman manis yang mengembang di bibirnya. Sebuah pesan yang sangat menyanjung hatinya.

'De kalau boleh Kakak jujur, kamu sangat manis.
Senyummu membuat hatiku luluh.
Semangat yah...
By: Gilang

Fatiya segera menutup bukunya, dan mulai memandang Gilang dari kejauhan yang sedang berkumpul dengan penegak Bantara lainya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus