Curhatan petani

Menjadi petani sepertinya bukan pilihan. Ini jalan hidup yang memang harus ditempuh sebagian orang. Petani bukan sebuah pekerjaan hina apalagi haram. Petani pekerjaan yang sangat mulia. Walau jelas fakta membuktikan banyak orang yang berfikir maju yang tidak pernah merasakan perihnya kehidupan petani. Menganggap petani adalah pekerjaan yang sangat rendah.

Bagi Anda yang tinggal di ingar bingar kota dalam segala kesempurnaan akses. Bagi Anda yang bekerja di perkantoran dengan ruangan ber Ac. Bagi Anda yang hanya bisa menikmati hasil tani tanpa mau peduli nasibnya. Bagi Anda yang terlalu sombong dan angkuh. Coba sekali saja Anda lihat perihnya petani.

Berangkat subuh pulang senja mengayun cangkul. Kulit terbakar matahari dan tersiram derasnya hujan, mereka tidak mengeluh. Yang mereka risaukan adalah ketika cuaca tidak mendukung. Ketika kemarau panjang melanda. Ketika banjir dan bencana alam menerpa. Ketika hama mulai menyerang. Ketika harga pupuk dan obat melejit. Namun ketika panen harga terjun payung. Disini petani menangis, hatinya pilu dan sedih. Tapi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa pasrah dan terus memupuk asa, semoga panen esok bagus.

Sebenarnya apakah pemerintah tidak punya jalan keluar? Agar petani kecil bisa hidup makmur. Belum lagi maraknya para tengkulak yang seenaknya memberi harga.
Kami petani tidak memiliki ijazah sekolah tinggi. Kami petani masih mudah dibohongi. Kami petani hanya bisa pasrah pada permainan.

Entah apa mungkin anak cucu kami kelak akan meneruskan jejak kami mengayun cangkul dan bercocok tanam. Atau mereka lebih tertarik kerja di ruang ber Ac dengan jas dan dasi. Lantas 20-40 tahun kemudian lahan pertanian perlahan berubah fungsi menjadi pemukiman.

Ketika bertani sudah tak dilirik mata dengan kepadatan jumlah penduduk yang semakin pesat meningkat. Dari mana bahan pangan pokok dihasilkan? Dari mana semua kebutuhan akan tercukupi? Apa dari importir? Apa akan selamanya bisa mencukupi segala kebutuhan penduduk kelak.

Kalau tidak?
Maka ini adalah PR bersama. Bukan hanya petani tapi para petinggi rakyat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus