BELENGGU CINTA


Matahari siang sangat terik. Langkahku semakin gontai, tanpa arah dan tujuan. Aku duduk menyendiri, meneduh di bawah pohon rindang. Hamparan savana yang luas tampak kekuningan. Saat ini, aku hanya butuh waktu untuk menyendiri, menenangkan hati dan pikiran. Menjauhi Rigi dari hidupku.

Sepertinya takdir tidak menginginkan aku jauh darinya. Atau mungkin, takdir sedang mempermainkanku. Entah kenapa setiap saat berusaha menjauhinya, hatiku sangat tersiksa, pikiranku semakin kacau. Yang kurasa hanya kerinduan yang dalam kepadanya. Sepertinya kini, hati dan pikiranku sudah tak sinkron. Disaat pikiran menolak kehadirannya, hati ini justru sangat merindukannya.

Hidup ini seolah terus mempermainkanku. Mana mungkin aku mencintai laki-laki yang sudah beristri. Seandainya sejak awal dia jujur bahwa dia sudah menikah, aku pasti menjauhinya. Memang benar kata orang, cinta tak tahu tempat. Cinta tak peduli status. Berbicara tentang cinta tentu tak akan pernah habis. kini aku terbelenggu oleh cinta yang salah.

Celaka,” gumamku saat melihat Rigi datang menghampiri. Entah dari mana dia tahu keberadaanku. Setiap saat aku mencoba untuk menjauhinya, saat itu pula, dia datang tak terduga.

“Sinsin,tunggu!” teriak Rigi, berlari menghampiri.

Dengan napas terengah-engah Rigi berdiri tepat di hadapanku. Tubuhnya sedikit membungkuk, kedua tanganya memegang lutut. Terlihat peluh membasahi dahinya. Dia masih mengatur napasnya yang berat, kemudian berkata, “Jangan pergi!”

“Untuk apa Kau menemuiku lagi?” tanyaku dengan nada kesal. Sesaat aku tak menghiraukan tatapannya. Kupandang rerumputan yang bergoyang tertiup angin di kejauhan sana.

“ Aku mencintaimu. Aku menyayangimu.” Rigi melangkah semakin dekat denganku.

Saat itu bibirku kelu. Ingin rasanya aku mengucapkan kata yang sama padanya, bahwa aku pun sangat mencintainya. Tapi,ini tak boleh terjadi. Apa aku tega menyakiti hati istrinya? Apa aku tega menghancurkan rumah tangganya? Aku ini wanita, yang mempunyai hati dan perasaan yang sama. Aku pun tak akan rela jika kekasihku diambil orang. Aku pasti marah, jika mengetahui bahwa kekasihku selingkuh dengan wanita lain. Dan, Rigi bukan hanya sekedar kekasih tapi dia adalah seorang suami. Betapa jahatnya aku, jika aku terus melanjutkan hubungan terlarang ini.

“Sin, kenapa Kau diam?” tegurnya membuyarkan semua lamunan.

“Apa Kau lupa dengan wanitamu di rumah? Apa kamu sudah tidak mencintainya?”

“Aku tidak melupakannya, Aku pun masih mencintainya,” ucapnya lirih.

“Lantas! Kau bilang mencintai dan menyayangiku? Apa hanya sekedar untuk mencari kesenangan, memuaskan segala ambisi laki-lakimu!” Ucapku tegas. Rasanya urat leherku semakin menegang. Ada rasa panas yang menyusup dalam dada.

“Bukan seperti itu Sin, Aku tidak ingin kehilanganmu.” Rigi menunduk dengan pandangan yang mulai sayu.

“Apa Kau mau menceraikan istrimu dan menikahiku?” tanyaku mencoba cari pembenaran darinya.

“Jangan memberi Aku pilihan yang sulit. Aku tak mungkin menceraikan istriku. Tapi untuk menikahimu, Aku tak yakin dapat izin dari istriku.” Rigi bersandar di pohon, tanganya memegang kepala. Wajahnya tampak jelas kerut cemas dan kebimbangan.

“Ok, Aku sudah tahu jawabannya. Kau memang laki-laki brengsek!” Tegasku kesal. Aku berlari menjauhinya.

“Sin, Aku tak mau kehilanganmu.”

Rigi berlari mengejarku. Hingga aku terjatuh karena tarikan kuat Rigi dari arah belakang. Aku tersungkur hingga lututku berdarah karena terbentur batu. Aku mengaduh kesakitan. Dengan sigap Rigi memegang lututku, wajahnya terlihat cemas. Aku berusaha berdiri dan menghindar darinya.

“Pulanglah, istrimu pasti menunggu. Saat ini hubungan kita sudah berakhir. Jangan pernah temui aku lagi.”

“Sin beri Aku waktu untuk bisa bersamamu lebih lama lagi.”

“Aku bukan wanita bodoh! Cukup,jangan ikuti Aku!”

Dengan langkah sedikit pincang menahan rasa sakit, aku meninggalkannya. Kulihat dia masih berdiri mematung. Sesekali aku mendengar teriakannya memanggil namaku. Tapi, aku tak peduli. Aku tak akan membalikkan badanku dan kembali kepadanya. Aku yakin keputusan ini yang terbaik untuk semuanya. Tidak hanya untukku, tapi untuk hati wanita yang menjadi istri Rigi, dan tentunya untuk Rigi. Aku hanya bisa berdoa, suatu saat Rigi akan setia pada istrinya.

***
Tantangan minggu ke 2 ODOP
595 kata
Dengan unsure kata
-Berdarah
-Cinta
-Hidup
-Celaka
-Matahari

Komentar

  1. Idenya menarik. Forbidden love, ya?
    Saya suka diksinya. Alurnya juga enak. Ngalir banget.

    Jika boleh memberi sedikit koreksi, saya mencatata berikut:
    1. Masih banyak terkena serangan KU/AKU. Ini wajar kok. POV 1 memang begitu. Cerpen dan novel penulis best seller pun masih sering saya jumpai.
    2. Paragrap pembuka kurang nampol. Padahal paragrap pertama adalah kunci. Ide menarik dari tulisan ini, seharusnya bisa digunakan untuk langsung menggebrak di baris pertama, kedua, dst. Jangan ragu untuk langsung "Jebret!" di awal cerita.

    Meski begitu, secara keseluruhan saya tetap suka cerpen ini. Sukses terus ya, mbake.

    (Heru)
    Folback my blog:
    dloverheruwidayanto.blogspot.co.id

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus