MIMPI YANG TERSEMBUNYI

Saya hanyalah seonggok debu di tepi jalan. Atau mungkin hanya daun-daun kering yang tertiup angin. Ya...saya hanyalah seorang ibu rumah tangga dengan satu putri. Seorang wanita di pelosok kota Brebes yang mempunyai pendidikan rendah dan istri dari seorang petani. Namun, saya tipe wanita yang tak mau bermalas-malasan, berdiam diri tanpa ada kegiatan.

Untuk mengisi waktu luang sekaligus mencari tambahan penghasilan, saya memanfaatkan Handpone butut saya untuk mencari peluang penghasilan. Salah satunya dengan berjualan on line, baik sebagai marketer ataupun dropsiper. Alhamdulillah hingga membuka toko pakaian. Tiga tahun berkecimpung di dunia perolshopan, jatuh dan bangun saya nikmatin dengan iklas prosesnya. Tertipu atau hanya sekedar di PHP in calon buyer sudah saya rasakan, dan saya nikmati. Namun hidup tak selamanya mulus, cobaan datang silih berganti, dan saya pun sakit dalam jangka waktu yang cukup lama. Hingga saya memutuskan untuk istrirahat dan menutup toko. Ya tentunya kembali lagi dari nol.

Hingga akhirnya bulan mei kemaren saya tidak sengaja di ajak temen untuk belajar menulis. Sebuah grup menulis yang di adakan secara on line. Awal mulanya saya minder, karena saya tahu di dalam grup, hanya saya saja, yang mempunyai pendidikan rendah, teman yang lain semuanya punya gelar. Tapi saya tetap belajar, mengikuti semua materinya. Berlatih dan terus berlatih, walau saya sadar mungkin hanya tulisan saya yang mempunyai banyak kesalahan dan kekurangan.

Beberapa kali saya merasa mental block, semua itu karena keminderan saya yang hanya seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan akhir SMA. Teman-teman di grup literasi yang saya ikuti semuanya berlatar pendidikan sarjana. Ada yang bekerja di perintahan, dokter, guru, hingga di dunia ke artisan. Ketika saya bercermin, saya hanya bisa berkata “ Siapa saya? Apa kelebihan saya?” Namun semua pertanyaan itu saya kubur. Saya akan membuktikan bahwa saya pun bisa berkarya. Saya pun berhak mengejar mimpi dan impian saya. Saya yakin, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, jika kita mau berusaha.

Lambat laun saya pun mulai mengejar ketertinggalan saya, dan berusaha bangkit untuk terus belajar menulis. Alhamdulillah di bulan agustus 2017 saya mempunyai empat buku antologi. Saya sangat bersyukur, karena inilah awal dari mimpi saya. Inilah penyemangat saya untuk melanjutkan berkarya di dunia literasi. Waktu empat bulan dengan empat antologi, itu cukup membuat saya bangga.

Walau mungkin teman-teman saya banyak yang tidak melirik karya saya, saya sangat bisa maklum. Saya hanya seorang ibu rumah tangga, saya hanya seorang istri petani dengan segala kekurangan, dan keterbatasan. Saudara, teman, sahabat saya kebanyakan seorang ibu rumah tangga sekaligus petani. Mereka pasti tidak tertarik dengan buku, apalagi membaca. Jadi saya bisa memaklumi ketika saya mempromosikan hasil karya saya, tidak ada yang melirik sama sekali. Harapan saya kedepannya semoaga banyak yang melek literasi dan mempunyai hobi membaca. Karena sesungguhnya membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca akan mencerdaskan generasi bangsa. Dengan membaca, ujung dunia yang jauh pun mampu kita jelajahi, tanpa harus berkeliling dunia.

Alasan saya mengikuti ODOP, tentunya karena saya ingin terus belajar dan berlatih untuk memperbaiki tulisan saya. Berkumpul dengan teman-teman yang mempunyai visi dan misi yang sama, semoga mampu memberikan saya kepercayaan diri yang lebih kuat lagi untuk terus berkarya. Itulah hal yang paling berkesan buat saya, ketika saya mempunyai karya yang tidak selamanya di minati oleh seorang ibu rumah tangga di pelosok kota Brebes, saya akan tetap berusaha mengejar mimpi saya. Sebuah mimpi yang tidak di minati oleh ibu-ibu dengan latar belakang seperti saya. Mimpi seorang istri petani yang ingin mengukir jejak di dunia literasi.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus