AUREL BEAUTIFUL RABBIT

“Kejutan!” Ucap Aurel mengejutkan Dafa yang sedang duduk termenung di atas batu besar.
Dafa mengernyitkan dahi, hingga tampak lengkung alisnya yang tebal, bersikap acuh pada gadis bertelinga pajang, mata sipit, mirip kelinci. Sebenarnya Aurel gadis yang cantik, walaupun wujudnya lebih mirip dengan binatang bertelinga panjang. Dafa masih meratapi nasibnya, karena dia terjebak pada dunia dongeng. Dunia yang di dalamnya banyak sekali keanehan. Dunia yang berpenghuni manusia setengah kelinci.

“Hai! kenapa Kau diam saja,” teriak Aurel kesal. Kedua tanganya disilangkan di dada dan mulutnya mengerucut.

“Aku bosan di sini, Aku rindu anak-anak didikku. Wajah-wajah lucu. Celoteh, kenakalannya membuat aku rindu. Sudah tiga hari aku di sini, itu artinya sudah tiga hari aku tidak membacakan dongeng untuk murid-muridku yang menggemaskan.” Dafa berdiri menghampiri Aurel yang duduk membelakaginya.

“Itu tidak benar. Waktu di sini berjalan sangat singkat. Satu hari di sini, sama dengan satu jam di dunia manusia, itu yang aku tahu.”

“Benarkah? Jadi aku hanya tiga jam meninggalkan duniaku?”

“Ya, sudahlah lupakan duniamu sesaat, lebih baik kita makan dulu. Tadi aku mencuri makanan kesukaan Ratu di dapur istana. Ini makanan yang sangat nikmat.”  Aurel membuka bungkusan yang di pegangnya, hidungnya mengendus, matanya terpejam, dan bibirnya tersenyum manis, seolah dia bahagia sekali.

“Muffin coklat? wow, makanan kesukaanku.” Dafa langsung mengambil muffin coklat, dan langsung melahapnya.

“Nikmatnya, makanan ini hanya boleh di makan Ratu, ternyata rasanya lezat sekali. Besok Aku akan mencuri lagi.” Aurel tertawa puas.

“Oh, iya kemaren Kau bilang, kalau Kau masuk ke dunia ini lewat buku dongeng ‘DUNIA KELINCI’. Kau merasa tubuhmu terhisap ke dalam buku saat Kau membaca mantra yang berada pada halaman 15?”

“Iya, benar sekali, apa Kau tahu bagaimana caranya untuk kembali ke duniaku?”

“Mmm ..., Aku pernah mendengar percakapan Ratu dan Tuan Bourtus, bahwa siapa saja yang masuk ke dunia ini dengan membaca  mantra maka akan menjadi penghuni dunia kelinci.” Aurel meletakkan jari telunjuknya di dagu, matanya menatap langit. “Ya, aku ingat sesuatu Tuan Bourtus pernah bilang bahwa dalam buku dongeng ‘DUNIA KELINCI’ ada mantra untuk keluar dari dunia ini.”

“Jadi artinya aku harus mencari buku itu?”

“Benar sekali, kemungkinan buku itu pun ikut terbawa ke dunia ini. Buku itu sebenanrnya adalah harta karun kerajaan kelinci. Barang siapa yang menguasai mantra-mantra di dalam buku itu, dia bisa bebas keluar masuk dimensi.”

“Maukah Kau menemaniku mencari buku itu?” tanya Dafa pada Aurel.

“Baiklah, Ayo kita cari!”

Dafa dan Aurel berjalan menyusuri perkebunan Istana Kencana. Dafa merasa aneh dengan nama itu. Setau dia ratunya bernama Ellyna, ratu yang judes dan sedikit menyebalkan. Tidak seperti putrinya yang bernama Rubby. Menurut cerita Aurel, Rubby adalah putri yang sangat cantik jelita. Senyumnya sangat manis. Namun apapun itu dia tetaplah manusia kelinci.

“Tunggu! Kau mau mengajakku kemana?” tanya Dafa sedikit kesal karena di tinggal Aurel.

“Ke perpustakaan Ratu Elyana.” Aurel terus melenggang, dan melanjutkan mengendap memasuki istana.

“Kau ini memang pemberani.” Dafa membuntuti Aurel yang sibuk memperhatikan keadaan istana.

“Diam! ikuti saja Aku,” tegas Aurel ketus.

Beberapa penjaga istana berjaga di depan pintu masuk. Entah bagaimana caranya Aurel memasuki istana. Gadis itu tampaknya masih mencari jalan untuk bisa menyusup ke dalam. Gadis yang sangat bersemangat, gadis yang baik hati.

Siang itu awan berkumpul di langit, berarak indah. Suasana di istana sedang lengang. Bahkan beberapa penjaga sedang asik berbincang-bincang. Aurel terus mengendap-endap, kakinya menjinjit, dengan gerakan mata yang lincah ke kanan dan ke kiri. Dia berlari menuju jendela samping istana. Di sana tidak ada penjaga jadi Aurel bisa leluasa menuju jendela samping. Sedangkan Dafa hanya mengikuti gerak gerik Aurel.

Aurel dan Dafa sudah berada di sisi jendela. Namun jendela itu terkunci. Dafa semakin cemas, karena mendengar suara para penjaga sedang berpatroli, berkeliling istana. Dafa melongokan wajahnya, jantungnya berdegup semakin kencang, dan tetesan peluh menetes dari dahinya. Tampak jelas gurat cemas di wajah Dafa. Berbeda dengan Aurel, gadis itu terlihat tenang, bahkan senyumnya terukir melihat gelagat cemas pada Dafa yang berdiri tepat di sampingnya.

“Ayo kita pergi dulu,” ucap Dafa.

“Diam Kau, pegang tanganku!” Aurel memutar- mutarkan jari telunjuknya, bibirnya komat-kamit, dan menunjuk ke arah jendela seraya berkata “Alakadam.” Seketika jendela itu terbuka dan segera meloncat masuk seraya menarik lengan Dafa. Tepat sebelum para pengawal memergoki mereka berdua.

“Apa ini? Kau bisa sihir?” tanya Dafa heran.

“Tidak, hanya itu yang aku bisa. Kalau aku bisa sihir, lebih baik aku menghilang menggunakan sihir, untuk apa bersusah payah mengendap-endap seperti maling.” Tawanya menyeringai, barisan gigi putihnya yang rapi, dengan dua gigi yang berukuran lebih panjang di bagian depan terlihat indah.

***
Bersambung.... Tunggu kelanjutannya ya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus