AUREL BEAUTIFUL RABBIT (Bagian 2)

Dafa terperangah saat dia mengetahui, bahwa ruangan yang dimasuki adalah perpustakaan istana. Deretan buku berjajar rapi menempati rak-rak besar. Beberapa lemari berwarna keemasan, dengan ukiran indah berhiaskan berlian berjajar di sudut ruangan. Di tengah ada meja bulat dan beberapa sofa empuk. Sedangkan dinding-dindingnya di penuhi buku-buku yang tersusun indah di rak yang menempel langsung dengan dinding. Lantainya beralaskan karpet merah. Aroma terapi yang menenangkan tersembur dari lubang kecil di langit-langit ruangan. Nuansa hijau dan orange menghiasi ornamen atap ruangkan.

Dafa masih mematung, matanya tak berkedip melihat keindahan yang berada di hadapannya.

“Hai, apa Kau mau diam terus dengan mulut mengangamu itu?” tegur Aurel.

Seketika Dafa langsung menutup mulutnya. Bola matanya melirik ke arah Aurel dan bibirnya tersimpul senyum malu karena di pergoki Aurel. Dafa merasa seperti laki-laki yang bodoh di hadapan Aurel.

“Sudah cepat Kau harus cari buku itu, kita tidak punya waktu lama.”

Dafa pun mulai bergegas menulusuri setiap rak. Matanya terus menatap sususan buku. Tangannya sibuk menyibak buku satu per satu. Dafa tampak lelah. Sudah tiga rak besar dia cari, namun buku dongeng itu tak kunjung ditemukan. Sedangkan Aurel duduk santai di sofa empuk, kakinya di letakkan di atas meja bundar. Kepalanya di sandarkan di bantal sofa berbentuk kepala kelinci, sedangakan tangannya memegangi buku kecil bergambar anak-anak kelinci yang imut. Sesekali tawanya terdengar gaduh.

Dafa kesal pada Aurel, bukannya membantu menemukan buku yang dicarinya. Dia malah asik sendiri membaca buku dan bergaya seperti seorang putri. Dafa menggelengkan kepalanya, bibirnya ditekuk, dan menghembuskan napas panjangnya.

“Ayolah bantu aku mencari buku itu,” ucap Dafa dengan nada kesal.
“Cari saja sendiri, aku lagi asik baca buku ini. Cerita buku ini lucu banget.” Tawanya kembali menggelagak.

Dafa semakin kesal melihat tingkah gadis itu. Dia pun melanjutkan menelusuri setiap lorong dan mulai mencari buku yang dimaksud. Keringat mulai bercucuran di dahinya, seketika langsung di seka dengan tanganya. Wajahnya terlihat sangat serius, sedangkan mulutnya terlihat komat-kamit karena terus membaca judul demi judul di sampul setiap buku. Hampir semua rak dan lemari dia cari, namun buku yang dimaksud tak ditemukan juga.

Wajahnya terlihat pucat, ada gurat kekecewaan yang terukir di sudut pipi dan bibirnya. Langkah lemah dengan pandangan menunduk menghampiri Aurel yang masih serius mengamati buku yang dipegangnya. Di saat bersamaan terdengar langkah kaki menuju perpustakaan. Dua orang yang berbincang semakin jelas suaranya, dan kemudian terdengar daun pintu terbuka. Seketika Dafa dan Aurel melompat di balik lemari besar di sudut ruangan.

Dafa dan Aurel berdiri berhadapan, matanya saling menatap. Detak jantung berdegup sangat kencang, napasnya terengah-engah karena masih merasa kaget akan kehadiran dua orang yang memasuki ruang perpustakaan. Ternyata mereka adalah Ratu dan putrinya. Sepertinya mereka sedang mencari sesuatu.

“Mamom, bukunya hilang. Tadi aku letakkan di atas meja ini, sebelum aku keluar untuk memanggil Mamom.” Putri Rubby memanyunkan bibirnya, dan menghentakkan kaki hingga terdengar suara ketukan sepatunya.

“Mungkin Kau lupa, ayo cari lagi.”

Ratu dan putrinya mulai menyusuri buku demi buku di setiap rak dan lemari. Sesekali terdengar gerutu sang Ratu yang sudah mulai lelah karena tak kunjung menemukan buku yang dimaksud. Namun sang Putri tetap pada pembelaannya, bahwa dia meletakkan buku itu di atas meja.

“Kamu tahu, buku itu sangat penting untuk kelangsungan kerajaan dan dunia kelinci ini.”

“Iya Mom, aku tahu.” Putri Rubby mulai duduk di sofa, pikirannya berkelana  mengulang memori beberapa waktu lalu saat dia meletakkan buku itu di atas meja.

“ Buku itu berisi mantra untuk keluar masuk dunia ini, jika jatuh di tangan orang jahat, maka hancurlah dunia kelinci ini. Aku akan panggil beberapa pengawal untuk membantumu menyari buku itu. Kau tetap di sini!” tegas sang Ratu bernada tinggi. Tak lama terdengar suara debaman pintu yang terhentak keras.

Sementara Dafa dan Aurel masih bersembunyi dan tak bisa berkutik. Dafa mendengarkan percakapan antara ratu dan putrinya. Kata-kata ratu mengingatkan pada buku dongeng yang sedang dia cari.

“Apa buku yang dimaksud Ratu, itu adalah buku yang sedang aku cari?” bisiknya pada Aurel.

“Aku rasa begitu, apa buku ini yang Kau maksud?” Aurel menunjukkan buku yang sejak tadi di pegangnya bahkan sudah di bacanya beberapa halaman.

Dafa terkejut, matanya melotot, mulutnya terbuka lebar. Dafa lagsung merampas buku yang sejak tadi di pegang Aurel, memperhatikan sampulnya dengan seksama. Jemarinya lincah membuka halaman demi halaman buku itu. Dan ternyata benar, buku itu adalah buku yang dia maksud.

“Kau bodoh Aurel, sejak tadi aku mencarinya.” Dafa berteriak, membentak gadis yang ada di hadapannya.

“Hai! Siapa itu?” Teriak putri Rubby mendengar teriakan Dafa.

Aurel langsung membungkam mulut Dafa dengan kedua tanganya. Bibirnya ditempelkan tepat di telinga Dafa, dan berbisik “Kau yang bodoh.”

“Pengawal cepat kesini,” Teriak putri Rubby yang merasa ada penyusup di perpustakaan.

Dafa dan Aurel semakin cemas. Hatinya gugup bercampur takut. Ingin berlari keluar menuju jendela, tapi tidak mungkin. Karena pengawal pasti langsung menangkapnya. Dafa mulai teringat untuk segera membaca mantra agar keluar dari dunia kelinci.

“Apa kau akan pulang ke duniamu? Bagaimana denganku? Pengawal akan menangkapku, dan pasti Ratu akan memberi hukuman padaku,” Aurel menunduk, air matanya menetes hingga membasahi kumis tipisnya yang putih bersih.

“Kau ikut Aku ke duniaku.”
“Tapi ....”
“Sudah cepat baca mantra ini bersama-sama.”

Dafa dan Aurel bergandengan tangan, bibirnya melafalkan mantra sejurus dengan sergapan pengawal yang memergokinya. Seketika tubuh mereka tersedot ke dalam buku dongeng itu dan hilang. Pengawal merasa bingung, karena tubuh tawanannya tiba-tiba menghilang dari sergapan.

Dafa terpelanting di atas lantai, sedangkan Aurel jatuh menelungkup di atas kasur empuk. Mereka berdua berada di kamar Dafa. Dafa terbangun dan mengaduh kesakitan. Badannya seperti remuk dan tulang-tulangnya linu karena benturan yang kencang di lantai. Namun, seketika kelopak matanya terbuka lebar, saat melihat gadis cantik, berkulit putih dan rambut pirang, serta bola mata kebiruan berada di atas kasurnya.

“Aurel?” tanya Dafa takjub akan kecantikan gadis yang sebelumnya adalah manusia setengah kelinci.

“Iya, Aku Aurel.” Aurel bergegas bangkit, dan merapihkan rok berlipit merah yang tersingkap di pahanya.

“Kau cantik sekali.” Puji Dafa masih tak percaya.

Aurel diam menunduk. Pipinya merah merekah, guratan senyum terukir indah di bibirnya. Sedangkan Dafa masih terpesona akan kecantikan gadis bernama Aurel. Sejak itu mereka berdua menjadi sahabat. Namun Aurel memutuskan untuk kembali ke dunia kelinci, karena di sanalah dunia aslinya, dimana keluarganya tinggal. Kini Aurel pemilik buku dongeng itu dan dia bisa berpindah dimensi ke dunia manusia untuk bertemu Dafa, kapanpun dia mau.

***

Komentar

  1. keren banget, suka. ada kelanjutannya kah??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah selesai kak, ini cerpen targetnya cuma 7 halaman, 1800kata.

      Hapus
    2. Sudah selesai kak, ini cerpen targetnya cuma 7 halaman, 1800kata.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semangkuk Ramen

RINDU NOVEMBER

Bagai Hujan di Padang Tandus